(SaKoAmai): Aku, Kamu, dan Alam

SaKoAmai

Hallo sobat jalan-jalan, apa kabar nih? Masih amankan puasanya buat yang muslim? Semoga aman-aman aja yah~ Btw ngomongin puasa, Ramadan jadi momen yang tepat banget nih untuk berburu kebaikan sebanyak-banyaknya, iyakan? Tentu ada banyak banget cara untuk berbuat kebaikan, salah satunya adalah menjaga lingkungan nih.

Setiap orang punya caranya masing-masing untuk menjaga lingkungan, mulai dari gaya hidup ramah lingkungan, seperti membawa botol minum kemana-mana sebagai pengganti sampah plastik, membawa sapu tangan atau handuk kecil sebagai pengganti tisu, atau membawa goodie bag sebagai alternatif pengganti kantong sekali pakai. Tentunya itu beberapa hal simpel yang bisa lakukan untuk berbuat baik kepada alam yaa sobat jalan-jalan.

Kali ini abang sedikit berbagi cerita tentang beberapa masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia terutama di Timur Indonesia nih, khususnya Tanah Papua dan Maluku. Hayo, siapa yang udah pernah main ke Indonesia bagian timur? Eksotik bukan? Iya dong! Tapi percaya atau nggak nih sobat jalan-jalan, ada banyak masalah lingkungan yang terjadi disini.

Mengerikan! Luas Hutan Mangrove yang Rusak Setara Sembilan Kali Luas Provinsi DKI Jakarta

Sobat jalan-jalan udah tau dong yah desas-desus kerusakan hutan mangrove di Indonesia? Tolong jangan dianggap remeh! Berdasarkan Peta Mangrove Nasional yang resmi dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021, diketahui bahwa total luas mangrove Indonesia seluas 3.364.076 Ha. Hal ini tentunya menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kawasan mangrove terluas di dunia. Wow, mantep banget nggak tuh sobat jalan-jalan?

Tapi kalian tau nggak fakta mencengakan lainnya, menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, hutan mangrove yang rusak telah mencapai 600.000 hektar. Kalau dibandingin nih yaa sobat jalan-jalan, luas tersebut setara dengan lebih dari sembilan kali luas Provinsi DKI Jakarta. Mengerikan bukan tingkat kerusakannya?

FYI nih ya sobat jalan-jalan, pusat ekosistem mangrove Indonesia itu berada di Tanah Papua dengan Provinsi Papua menjadi tempat hutan mangrove terluas yakni 1.634.041 Ha dan Provinsi Papua Barat 475.059 Ha. Btw, kalian tau nggak sih sobat jalan-jalan manfaat dari hutan mangrove? Selain sebagai penahan abrasi, hutan mangrove juga memiliki peranan penting dalam menyimpan karbon. Berdasarkan penelitian di jurnal Nature mendapati bahwa mangrove menyimpan karbon tiga sampai lima kali lebih besar dibanding hutan hujan. Dengan kata lain, ada 3,14 miliar ton karbon yang tersimpan di ekosistem mangrove Indonesia. Selain itu juga, hutan mangrove adalah kunci untuk menyelamatkan sumber daya perikanan, keanekaragaman terumbu karang, kekayaan sumber daya perikanan, dan ketahanan pangan masyarakat. Masyarakat yang hidup di sekitar hutan mangrove dapat dengan mudah memanen udang, belut, ikan, kepiting, dan siput laut.  

Miris! Sampah Plastik Ancaman Kehidupan di Laut

Sumber: Pixabay/bakhrom_media

Mungkin dari sebagaian dari sobat jalan-jalan mulai banyak yang beralih dari kantong plastik sekali pakai dengan penggunakan goodie bag atau tas belanja yang dapat digunakan berkali-kali, iyakan? Kalo jawabannya iya, maka pertahankanlah! Kalian tau nggak sobat jalan-jalan, menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut total sampah nasional pada tahun 2021 mencapai 68,5 juta ton. Dan kalian tau nggak, dari 17 persen atau sekitar 11,6 juta ton, disumbangkan oleh sampah plastik.

Nggak cuma itu lho sobat jalan-jalan, dikutip dari laman International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebut setidaknya ada 14 juta ton plastik yang berakhir di lautan setiap tahunnya. Selanjutnya laporan dari United Nations Environment Programme (UNEP) 2021 menunjukkan jumlah plastik di lautan berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 2015-2020 mencapai sekitar 75-199 juta metrik ton.

Di Indonesia nih sobat jalan-jalan, menurut laporan Bank Dunia (2021) setiap tahun 346,5 ribu ton sampah plastik dibuang ke laut. Sumbernya kebanyakan berasal dari wilayah Jawa (129,3 ribu ton/tahun) dan Sumatra (99,1 ribu ton/tahun). Sampah-sampah ini tentunya bersumber dari aktivitas manusia yang di lakukan di darat. Seperti Agrikultur, transportasi, pembangunan, dan konstruksi hingga penggunaan alat medis selama pandemi.

Baca juga: EcoNusa Hadirkan Rasa Timur Di EcoNusa Outlook 2022

Seperti yang kita tau bersama sobat jalan-jalan, butuh waktu 20 hingga 1000 tahun untuk sampah plastik khususnya bentuk kantong dapat terurai. Bayangkan begitu lama waktu yang dibutuhkan untuk terurai, sedangkan laut pun memiliki kehidupan yang tentunya dapat terganggu dengan banyaknya sampah plastik. Mulai dari terjerat, tanpa sengaja termakan, hingga terserang penyakit akibat sampah plastik. Apa dampaknya? Terjadi perubahan perilaku hingga kematian biota laut, miris bukan?

Efek dari menumpuknya sampah plastik di laut pun dapat menggangu ekosistem terumbu karang, mangrove, dan padang lamun dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan karbon di alam. Hal ini dapat menghambat proses fotosintesis yang dilakukan oleh organisme produsen primer seperti mikroalga.     

Sekilas Tentang EcoNusa

Yayasan Ekosistim Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa Foundation) merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan mengangkat pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan di Indonesia dengan memberi penguatan terhadap inisiatif-inisiatif lokal. Untuk itu, EcoNusa mendorong pembangunan dan pengembangan kapasitas kelompok masyarakat madani, bekerja sama dengan mereka untuk mengembangkan strategi untuk advokasi, kampanye, komunikasi dan pelibatan pemangku kepentingan. EcoNusa juga mempromosikan dialog antarpemangku kepentingan untuk makin mengembangkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan sekaligus juga untuk mengangkat keadilan, konservasi, dan transparansi. Yayasan ini resmi berdiri sejak 21 Juli 2017 dan berbasis di Jakarta.

Yayasan EcoNusa menjembatani komunikasi antara pemangku kepentingan di wilayah timur Indonesia (Tanah Papua dan Maluku). Tujuannya untuk memaksimalkan praktik terbaik dalam hal perlindungan lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan melalui kegiatan nyata bersama masyarakat lokal. Yayasan EcoNusa juga mempromosikan nilai-nilai kedaulatan pengelolaan dan konservasi sumber daya alam kepada para pembuat kebijakan baik di tingkat daerah maupun nasional.

(SaKoAmai): Aku Kamu dan Alam

Mungkin sobat jalan-jalan baru pertama mendengar kata “(SaKoAmai)” ini yaa? Yups, ini merupakan projek kampanye kami para Ecodefender dari kelompok 4 dalam Program Youth Digital Campaigner 2022. Mengambil kata dalam bahasa sehari-hari masyarakat Papua yaitu Sa = saya, Ko = kamu, dan Amai = alam. Tanda () melambangkan bahwa tiga elemen tersebut tidak bisa dipisahkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Terlebih bagi masyarakat di Indonesia Timur, alam adalah keluarga yang harus dijaga, serta biodiversity didalamnya adalah keajaiban yang harus dilestarikan.

Berangkat dari semangat dan prinsip kekeluargaan masyarakat adat tersebut, kami membawa (SaKoAmai) sebagai wadah penyalur semangat dan kontribusi bagi perlindungan biodiversity di hutan dan laut Indonesia Timur, sebagai banteng terakhir dalam mencegah dampak perubahan iklim. Layaknya keluarga, kampanye yang kami lakukan dikemas dengan bahasa sederhana, aksi yang dekat dengan kebiasaan sehari-hari dan melalui cerita-cerita yang membangun ikatan emosional dengan sobat jalan-jalan semuanya.

Nah buat sobat jalan-jalan nih, kalian juga bisa banget ikutan berpartisipasi terhadap perlindungan hutan, laut, serta biodiversity di Indonesia Timur disini  yah. Tenang, kalau sobat jalan-jalan punya cerita atau pengalaman bersama komunitas atau organisasi saat melakukan aktivitas untuk lingkungan, bisa berbagi cerita disini yah.

Nyatanya, dalam keadaan tidak baik sekalipun alam tidak akan pernah dapat berkata apa-apa. Melalui kita lah, permasalahan yang ada di alam dapat terkomunikasikan daan perlahan-lahan terselesaikan. Yuk dari sekarang kita berlajar berbuat banyak untuk lingkungan kita. Alam asri kita aman! 

Sumber:

Rehabilitas Mangrove, Upaya Pemerintah Mengurangi Emisi Karbon – EcoBlog

Sampah Plastik Masih Menjadi Ancaman Serius Kehidupan Laut - EcoBlog

1 Comments