Abang
lahir dari keluarga perokok aktif. Bapak dan kakak merupakan perokok aktif,
tapi alhamdulillah abang tidak ngerokok. Sebenarnya abang pernah mencoba rokok
pas semasa SMA tapi ternyata setelah mencoba satu batang rokok, batuk-batuk dan
nggak nyaman di tenggorokan. Setelah itulah abang tidak mau mecobanya lagi.
Hingga
sekarang usia abang 29 tahun dan secara finansial abang sudah mampu untuk
membeli rokok sendiri, apalagi kalau di rumah rokok sudah bukan menjadi benda
aneh lagi, tapi abang memilih untuk nggak merokok, yaa abang perokok pasif! Tidak
cuma abang yang perokok pasif, ada Ibu, adek yang masih SMP dan ada keponakan
yang masih 6 tahun di rumah. Kondisi yang tidak terlalu baik ketika ada perokok
aktif di dalam rumah.
Perokok
Pasif
Foto oleh Thinkstock
Bay
the way, buat yang belum tahu apa itu Perokok Pasif, abang
jelaskan yah. Perokok Pasif itu adalah orang yang bukan perokok tetapi
menghirup asap rokok orang lain. Ini bisa terjadi dimana aja yah, baik di dalam
ruangan maupun di luar ruangan. Lingkungan yang baik untuk perokok pasif adalah
di rumah. Kenapa di rumah? Karena rumah bisa menjadi tempat yang nyaman dan
jauh dari paparan asap rokok. Bisa jadi tempat yang nyaman untuk belajar,
bekerja, dan juga berbincang dengan keluarga tanpa takut menghirup asap rokok.
Eits,
tapi ini berlaku jika di lingkungan keluarga kita tidak ada yang merokok yah
alias perokok aktif. Akan terasa percuma jika di lingkungan keluarga masih ada
yang merokok dan kebiasaan merokok itu tetap dilakukan di dalam rumah. Menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 menyatakan prevalensi perokok
laki-laki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dan diprediksi lebih
dari 97 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok. Sedangkan menurut
Riskesdas Tahun 2018 kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat
lebih besar pada kelompok anak-anak dan remaja. Peningkatan pravalensi merokok
penduduk di usia 18 tahun dari 7.2% naik menjadi 9.1%. Makin ngeri yah.
Sebelum
ngomongin lebih jauh tentang rokok, temen-temen sudah tahu belum risikonya
perokok aktif dan perokok pasif? Kedua-duanya sangat berisiko terserang
penyakit dan ini penjelasanya:
Foto oleh P2PTM Kemenkes RI
Rokok
Elektrik (Vape) Lebih Aman daripada Rokok Tembakau?
Foto oleh doodleroy dari Pixabay
Banyak
yang bilang kalau rokok elektrik atau Vape itu lebih aman ketimbang rokok
tembakau karena tidak membakar tembakau dan lebih soft. Kalian pasti
sering mendengarnyakan? Nah tapi faktanya bukan begitu yah teman-teman. Ini yang
benar:
Dikutip
dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI), kajian BPOM Tahun 2015 menyatakan
kandungan larutan atau aerosol dalam rokok elektrik mengandung zat adiktif dan
bahan tambahan yang bersifat karsinogenik penyebab kanker. Rokok
elektrik juga mengandung nikotin yang menyebabkan adiksi. Di samping bersifat
adiktif, Nikotin merusak kerja Korteks prefrontal (PFC): pengatur atensi,
ingatan, proses belajar, suasana hati, kendali diri (impulse control)
yang masih berkembang sampai usia 25 tahun.
Selain itu, kandungan berbahaya lainnya berupa Glycol, gliserol yang
menyebabkan Iritasi saluran napas dan paru, Aldehyde, Formaldehyde penyebab
Inflamasi paru, karsinogen, logam dan heavymetals penyebab inflamasi paru,
jantung, sistemik, kerusakan sel dan karsinogen, dan particulate matter
(PM)/UFP yang menyebabkan Inflamasi paru, jantung dan sistemik, karsinogen.
Jadi
jika masih ada yang bilang Rokok Elektrik (Vape) lebih aman daripada Rokok
Tembakau itu salah yah teman-teman. Semuanya sangat berbahaya untuk kesehatan,
dan kalau bisa, hindari semuanya.
Stay
at Home
Foto Edward Alexas_Fotos dari Pixabay
Tercatat,
semenjak pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia dengan kasus pertama ada di Depok
pada tanggal 2 Maret 2020 yang diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo
didampingi oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Istana Kepresidenan,
Jakarta, masyarakat dihimbau untuk mengurangi kegiatan di luar rumah.
Sebelumnya melalui Keputusan Kepala Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana
(BNPB) Nomor 13 A tahun 2020 tentang Perpanjangan Status Keadaan Tertentu
Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia dalam poin
kedua, perpanjangan ini berlaku selama 91 hari terhitung sejak 29 Februari 2020
sampai dengan 29 Mei 2020.
Hal
ini mengharuskan kita untuk mengurangi kegiatan di luar rumah, tidak berkumpul
lebih dari dua orang (Social Distancing) dan tentunya juga menjaga jarak
dengan orang lain (Physical Distancing) atau dengan kata lain kita lebih
baik tetap di rumah saja (Stay at Home). Dari sinilah akhirnya pekerja
dan juga pelajar melakukan kegiatan bekerja dan belajar dari rumah atau lebih
dikenal dengan sebutan Work From Home (WFH).
Banyak
hal yang dilakuakan di rumah saat WFH ini. Selain untuk tempat kerja, rumah pun
di fungsikan sebagai tempat untuk belajar anak-anak. Tentunya rumah pun
merupakan tempat berlindung yang aman dari ancaman asap rokok bagi si perokok
pasif. Tapi tidak demikian, sudah hampir
3 bulan lebih pemberlakuan WFH di Indonesia, banyak akhirnya perokok aktif yang notabenenya merupakan keluarga sendiri
merokok di rumah dan menjadikan kondisi rumah saat ini sangat membahayakan bagi
perokok pasif.
Foto Pedro Figueras dari Pexels
Bahkan
menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) asap rokok tidak
hanya berbahaya bagi perokok aktif dan pasif saja, tetapi ada pihak ketiga yang
sering disebut third hand smoker adalah seseorang yang terkena zat sisa
asap rokok yang menempel di permukaan benda di sekitarnya. Ahli kimia lingkungan
Eunha Hon (dilansir oleh eurekalert.org), menyatakan bahwa asap rokok
mengandung ribuan zat kimia yang sebagian besar bersifat beracun dan
karsinogenetik. Zat ini dapat menempel di berbagai benda, terutama pada
lingkung dengan ruangan tertutup yang memiliki permukaan berpori.
Tentunya,
asap rokok ini sangat berbahaya tidak hanya untuk perokok aktif dan pasif saja,
melainkan pada pihak ketiga yaitu anak kecil atau balita. Biasanya anak kecil
dan balita akan menyentuh benda-benda apapun yang ada didekatnya. Terkadang
kita lupa kalau benda tersebut ternyata terpapar asap rokok. Sama halnya dengan
abang yang sudah mulai WFH hampir 3 bulan, kondisi ini tidak teralu baik karena
ada bapak dan kakak yang merokok di rumah. Apalagi di rumah ada keponakan yang
usianya baru menginjak 6 tahun.
Dari
sinilah, abang selalu mengingatkan bapak dan kakak untuk merokok tidak di dalam
ruangan dan berusaha agak menjauh kalau ingin merokok. Karena untuk melarangnya
untuk berhenti merokok seketika itu tidak akan bisa. Tetapi setidaknya mengurangi
secara perlahan-lahan.
Benarkan
Merokok dapat meningkatkan bahaya terpapar COVID-19?
Foto oleh Edward Jenner dari Pexels
Semenjak
pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia, bukan hanya virusnya yang harus dibasmi
melainkan berita-berita hoax yang akhir-akhir ini sering muncul. Salah
satu yang cukup mencengangkan adalah terkait “Merokok dapat menghadang COVID-19
masuk ke paru-paru”. Ini cukup menggemparkan publik dengan adanya hoax
seperti ini.
Nah
faktanya seperti ini yah teman-teman, dikutip dari lama WHO tentang Q&A:
Smoking and COVID-19 yang sudah di translit ke Bahasa Indonesia, kurang
lebih seperti ini:
Q: “Apakah perokok dan pengguna
tembakau berisiko lebih tinggi terhadap infeksi COVID-19?”
A: “Perokok cenderung lebih rentan terhadap COVID-19
karena tindakan merokok berarti bahwa jari (dan kemungkinan rokok yang
terkontaminasi) bersentuhan dengan bibir yang meningkatkan kemungkinan
penularan virus dari tangan ke mulut. Perokok mungkin juga sudah memiliki
penyakit paru-paru atau kapasitas paru-paru yang berkurang yang akan sangat
meningkatkan risiko penyakit serius. Produk-produk rokok seperti pipa air
sering melibatkan bagian mulut dan selang, yang dapat memfasilitasi transmisi
COVID-19 dalam pengaturan komunal dan sosial. Kondisi yang meningkatkan
kebutuhan oksigen atau mengurangi kemampuan tubuh untuk menggunakannya dengan
benar akan menempatkan pasien pada risiko yang lebih tinggi dari kondisi
paru-paru yang serius seperti pneumonia".
Selain itu, menurut Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI), Dr. dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) yang dikutip dari detikhealth menyebutkan bahwa perokok lebih berisiko
terhadap Virus Corona. Hal ini dibuktikan dengan data dari 12 penelitian di
dunia yang menyebutkan dari 9.025 orang, sekitar 17,8% perokok lebih berisiko
mengalami kondisi buruk. Sedangkan Sedangkan yang bukan perokok, hanya
mengalami perburukan sebanyak 9,3 persen. Artinya, merokok hampir dua kali
lipatnya meningkatkan risiko terjadinya perburukan dari Covid-19.
Foto oleh Aphiwat Chuangchoem dari Pexels
Beliau pun menambakan beberapa alasan yang menjelaskan
mengapa seorang perokok atau yang mempunyai kebiasan merokok itu akan mengalami
kondisi fatal saat terinfeksi COVID-19, seperti : mengganggu sistem imunitas saluran
pernafasan, kadar ACE2 lebih tinggi pada perokok, dapat memperparah penyakit
penyerta (Hipertensi 30,4%, Diabetes 21,7%, Gagal jantung 4,3%, Asma 2,2%) dan
risiko tangan terkontaminasi. Nah dari
data dan pemaparan di atas, perokok sangat rentan terpapar COVID-19 yah
teman-teman. Hal ini selalu abang ingatkan kepada bapak dan kakak yang merupakan
perokok aktif di dalam keluarga abang. Mengingatkan untuk mengurangi merokok
dan menerapakan hidup sehat saat pandemi, seperti sering mencuci tangan dengan
sabun, menggunakan masker kalau keluar rumah, dan pola hidup sehat lainnya.
Bagaimana
dengan Kebijakan Pengendalian Tembakau di Indonesia?
Foto oleh geralt dari Pixabay
Salah
satu bahan baku rokok adalah tembakau. Bahkan, menurut Kemenkes RI Tahun 2018
mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil tembakau terbesar keenam
setelah Cina, Brazil, India USA, dan Malawi, dengan jumlah produksi sebesar 136
ribu ton atau sekitar 1,91% dari total produksi tembakau dunia. Selain itu,
Kemenkes RI mengatakan tiga provinsi terbesar penghasil tembakau di Indonesia
yaitu Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Tengah.
Teman-teman,
seiring meningkatnya jumlah perokok aktif di Indonesia ini juga berpengaruh terhadap
penerimaan negara dari cukai rokok meningkat setiap tahunya. Bahkan menurut
data, penerimaan negara dari cukai rokok pada tahun 2010 adalah Rp. 63.2 Triliun
dan tahun 2012 sebesar Rp. 77 Triliun. Angka yang sangat fantastis bukan
teman-teman?
Ingat
tidak hanya keuntungan yang didapatkan dari cukai rokok, tetapi penyakit pun
banyak ditimbulkan. Karena hampir 70% masyarakat Indonesia adalah perokok pasif,
maka pemerintah pun harus memberikan hak kepada masyarakat yang tidak merokok
untuk dapat hidup bebas tanpa asap rokok. Beberapa kebijakannya yang harusnya
diterapkan di Indonesia antara lain:
1. Menerapkan
Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok (KTR), antara lain: Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Tempat Proses Belajar Mengajar, Tempat Anak Bermain,
Tempat Ibadah, Angkutan Umum, Tempat Kerja, dan Tempat Umum dan Tempat Lain
yang Ditetapkan.
2. Pelarangan
iklan dan dan promosi. Salah satu faktor yang menyebabkan banyak anak-anak
mencoba rokok adalah dengan melihat atau menonton iklan, poster, atau benda-benda
sponsor yang ditempel disembarang tempat. Hal ini tentunya harus dilarang agar
tidak semakin banyak anak-anak yang mencoba rokok. Sesuai amanah UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 59 dan Pasal 67: Pemerintah dan lembaga
negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan
khusus kepada anak yang menjadi korban penyalahgunaan zat adiktif.
3. Selanjutnya
adalah mendorong pemerintah pusat dan Kemenkes untuk segera menandatangani
Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (Framework Convention on
Tobacco Control – FCTC). Menurut data dari WHO tahun 2013, Indonesia belum menjadi
bagian dari FCTC, sedangkan 176 negara (mewakili 88% populasi dunia) telah
menjadi bagian dari FCTC. Kerangka FCTC yang dimaksud meliputi: Peningkatan
pajak cukai tembakau, Pelarangan iklan rokok, Penerapan kawasan tanpa rokok
yang komprehensif, Peningkatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok, membantu
orang yang ingin berhenti merokok, dan Pendidikan masyarkat.
Talkshow
Rumah, Asap Rokok dan Ancaman Covid-19 oleh KBR
Talkshow Radio KBR: Rumah, Asap Rokok, dan Ancaman Covid-19
Beruntung
banget nih abang kemarin pas hari Rabu, 20 Mei 2020 ikutan talkshow di
program Ruang Publik Radio KBR. Talkshow kemarin itu temanya adalah
“Rumah, Asap Rokok, dan Ancaman Covid-19” dengan pembicara dr. Frans Abednego
Barus dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dan Nina Samidi yang
merupakan Manajer Komunikasi Komnas Pengendalian Tambakau.
Pembahasan
ini memang lagi abang cari-cari banget nih, soalnya abang “gedeg” banget
aja sih sama orang yang suka merokok disembarang tempat apalagi di rumah. Yaa
harap dimaklum yah soalnya abang bukan perokok alias perokok pasif. Dan rumah
merupakan tempat yang paling aman untuk abang berlindung dari asap rokok,
terlagi hampir 3 bulan abang WFH jadi semua kegiatan dilakukan di rumah.
Ini live talkshow-nya di channel youtube Berita KBR
Di
talkshow ini dijelakan secara gamblang tentang bahaya asap rokok yang
timbul dilingkungan rumah. Salah satu pemicunya adalah ada anggota keluarga
yang merupakan perokok aktif dan semenjak WFH mereka (perokok aktif) merokok di
rumah. Bahaya asap rokok ini tidak hanya menyerang perokok aktif, melainkan anggota
keluarga lainnya yang berada di rumah tersebut. Seperti yang kita ketahui
bersama yah dan juga sempat dijelasakan oleh dr. Frans dalam talkshow, “Kandungan
senyawa dalam rokok tembakau yaitu Nikotin, Tar, Karbon monoksida (CO), Amonia
dan masih banyak lainnya. Kandungan senyawa ini bersifat merusak tubuh.
Sehingga sangat berbahaya bagi si perokok aktif maupun perokok pasif”.
Asap
rokok di rumah ini berimbas kepada keluarga lain yang tidak merokok, apalagi
merokoknya di dalam ruangan. Karena sampai saat ini belum ada himbauan dari
pemerintah secara resmi terkait efek asap rokok terhadap bahaya COVID-19.
Seperti yang dikatakan oleh Mba Nina, “Sampai saat ini belum ada sama sekali
himbauan terkait merokok merupakan salah satu faktor penularan COVID-19”. Hal
ini menjadikan para perokok aktif tetap merokok disembarang tempat dan tidak
menghiraukan ancaman COVID-19.
Foto oleh Hans Martin Paul dari Pixabay
Sisi
lain yang dibahas dalam talkshow ini adalah perilaku perokok aktif di
rumah selain bahaya penyakit dari asapnya, ternyata memicu anak untuk meniru
perilaku orang tuanya yang merokok. Seperti yang dikatakan Mba Nina, “Anak-anak
itu peniru yang ulung dari apa yang mereka lihat. Mulai dari iklan rokok,
bungkus rokok, sampai contoh dari orang tuanya langsung di rumah. Jadi tidak
hanya bahaya asap rokok, melainkan dapat memicu anak untuk mencoba merokok”.
Dalam hal ini pun Mba Nina menyarakan untuk membatasi penjualan rokok di
Indonesia. Cara ini dilakukan untuk menyulitkan para perokok untuk membeli
rokok. Selain itu juga perlu adanya regulasi yang jelas terkait pelarangan
pembelian rokok untuk anak-anak.
Terakhir,
ada beberapa tips yang diberikan oleh para pembicara terkait langkah-langkah
pengurangan perokok di rumah, seperti : peranan keluarga sangatlah penting
untuk saling mengingatkan bahaya merokok kepada anggota keluaraga yang merokok,
dan untuk tindak lanjutnya dapat membuat kawasan tanpa asap rokok di lingkungan
rumah dengan bekerja sama dengan pak RT. Satu kalimat yang “terngiang-ngiang”
di pikiran abang adalah dari dr. Frans, “Anda merokok silahkan, tapi
jangan ajak orang lain untuk menerima penyakitnya ...”. Setuju banget
abang, kalau kalian memilih untuk merokok silahkan, tapi tolong jangan ajak
kami untuk menerima penyakitnya.
Harapan abang, semoga pandemi ini segera berakhir dan kita semua dapat kembali beraktivitas seperti biasanya. Dan teruntuk kalian para pengabdi tembakau, semoga setelah baca tulisan ini, kalian pelan-pelan dapat mengurangi merokok, baik rokok elektrik maupun rokok tembakau. Stay safe and stay health!
Saya sudah berbagi pengalaman pribadi untuk #putusinaja hubungan dengan
rokok atau dorongan kepada pemerintah untuk #putusinaja kebijakan pengendalian
tembakau yang ketat. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog serial
#putusinaja yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Indonesian
Social Blogpreneur ISB. Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.
Referensi
:
Detikhealth
: 4 Alasan Perokok Rentan Alami Kondisi Fatal Virus Corona
WHO
Q&A : Smoking and COVID-19
Kemenkes
: Apakah Rokok Elektrik Lebih Baik dari Rokok Tembakau ? Keduanya Tidak Baik!
Kemenkes
: Awas, Racun Rokok yang Menempel di Perabotan dan Bahayanya!
Kemenkes
: HTTS 2019 : Jangan Biarkan Rokok Merenggut Napas Kita
Kemenkes
: Indonesia Sebagai Negara Penghasil Tembakau Terbesar keenam
Kebijakan
Pengendalian Tembakau untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota Bukan Penghasil
Rokok/Tembakau di Indonesia.
42 Comments
Ah benar sekali yg dilakukan abang, nggak usah ngerokok..
ReplyDeleteTapi jadi perokok pasif bahaya juga ya..
Smg nanti di keluarga semuanya bisa lepas dari rokok ya bang
Iyah mbak, alhamdulillah setelah waktu itu sempat batuk-batuk dan sesak nafas, udah nggak mau lagi coba rokok mbak :(
DeleteIyaah emang berbahaya banget mbak, nggak yang aktif dan yang pasif juga sangat berbahaya :(
Aku yang bukan pengabdi tembakau aja degdegan sama covid-19 ini dan gak kebayang dengan para pengabdi tembakau di luar sana yang jelas saja semakin rentan. Serem!
ReplyDeleteIyaah bener banget bang, Virus Covid-19 aja udah beebahaya banget buat yang sehat lah apalagi yang merokok yaah :(
DeleteSemoga kita terlindung yaa bang dari bahaya Corona dan juga buat yang merokok segera berhenti merokok. aamiin
Alhamdulillah Abang bukan perokok yaa. . Kayak gini nih, baru idola. . Lagian masih nggak abis pikir letak pleasurenya dimana kalau ternyata ujung2nya bikin sakit yekan? Nah, semoga dgn adanya Corona ini perokok makin sadar untuk mau berhenti merokok yaah, Pul
ReplyDeleteIyaah teh alhamdulillah banget nggak ngerokok. Iyaah semakin bahaya yaa teh perokok ditengah pandemi kayak gini. Semoga semakin banyak orang yang aware sama kesehatanya dan berhenti merokok aamiin
DeleteMerokok memang banyak merugikan daripada manfaatnya. Yakan?
ReplyDeleteJadi sudah sehatusnya pilih pasangan hidup yg tidak merokok. Eh
Buat Ipul, jangan merokok deh ya buat cepat dapat jodoh
Eh...lagi deh...
Hahah iyaah teh, kalo bukan diri kita sendiri yang sayang badan siapa lagi kan. Iyaah biar aku cepet dapet jodoh yaah teh hehe
DeleteAku pun gedeeg banget bang sama perokok-perokok yang dengan asiknya ngerokok tanpa peduli kesehatan orang lain. Semoga mereka segera menyadari betul betapa bahaya nya merokok itu yah bang ;)
ReplyDeleteNah ini nih yang bahaya, banyak perokok aktif yang acuh sama keadaan sekitar. Padahal kadang nggak semua orang yang ada disekitaran itu perokok atif semua :(
DeleteAku gak suka bau rokok, gakuat gitu bang terus bikin rambutku bau hehe. Dulu aku pernah berdoa supaya dapet Suami yang gak merokok, Alhamdulillah terkabul semoga anak aku juga mengikuti jejak Papinya yang bukan perokok. Harusnya yang merokok juga tau diri dimana dia merokok. Untunglah ada program KBR yang dari dulu gencar banget menyadarkan masyarakat dari bahaya merokok... Semoga kita semua sehat selalu yah aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah yaah kak akhirnya salah satu doanya dikabulkan, punya suami nggak ngerokok hehe. Tapi emang jengkel banget sih kak kalo deket-deket sama perokok aktif, apalagi kalo mereka nggak bisa menempatkan diri, Yaa Allah suka sesek nafas sih :(
DeleteSetuju Bang. Putusin aja hubungan sama rokok. Saking aku nggak sukanya ada yang numpang ngerokok di sekitar rumahku pun, aku sampai beli plakat yang tulisannya no smoking dan kutempel di dekat pintu masuk dan tentunya kelihatan sama tamu yang datang.
ReplyDeletePengalaman buruk sama asap rokok sewaktu kecil yang bikin aku mengidap pneumonia. Dulu papaku pernah jadi perokok (untungnya nggak lama) dan dia tergerak untuk berhenti ketika aku (katanya sih dari cerita mama juga nenek) hampir meninggal.
Semoga budaya merokok ini banyak ditinggalkan, soalnya nggak baik buat kesehatan.
Iyaah kak bener banget, putusin aja hubungan sama perokok. Mereka aja nggak sayang sama badanya sendiri, gimana mau sayang sama orang lain yah.
DeleteIyaah kak, sekarang aku lagi ngingetin bapak dan kakak biar cepet-cepet berenti ngerokok. Kasian yang ada di rumah :(
Semoga Pemerintah segera #PutusinAja kebijakan yang lebih tegas tentang rokok ini. Terutama di masa Pandemi seperti ini ya, jangan sampai Para Perokok Pasif banyak yg terkena "getah"nya :(
ReplyDeleteHarus banget Kak Hani. Pemerintah harus ambil tindakan cepat dan tepat untuk menekan jumlah perokok aktif yang terpapar COVID-19 dan juga imbas asap rokok untuk para perokok pasif :(
DeleteAh, namanya rokok mau yang tembakau atau vape, sama aja berbahaya bagi si perokok aktif apalagi yang pasifnya. Memang sih mungkin sakitnya ga sekarang tapi sama aja menabung untuk penyakit di masa yang akan datang. Stop merokok mulai sakarang juga ya. Tulisannya bagus, Ipul :D
ReplyDeleteIyaa bener banget teh, nggak ada yang lebih baik dari Vape atau Rokok Tembakau. Pilihan terbaik itu yaa tidak merokok!
DeleteWah terima kasih banyak tetehku. Stay safe yaa teteh :)
Jumlah perokok pasif di Indonesia berlipat-lipat dari perokok aktif. Sebel dong. Mana ini corona kudu jaga kebersihan malah tetep merokok saat wabah virus corona. Heuuu
ReplyDeleteIyaah lebih banyak pasif kak, udah gotu sekarang makin bertambah perokok aktif dari kalangan remaja. Semakin bahaya yaah kak :(
DeleteYa Allah aku auto kepikiran anak anak dengan anggota keluarga dewasa yg perokok di momen pandemi begini :') bener sih lebih rentan mereka. Data datannya mencengangkan yah :')
ReplyDeleteIyaah kak, kalau Stay at Home dengan kondisi ada perokok aktif di rumah, ini bisa menjadi bahaya. Mungkin tingkat terpapar COVID-19 kecil, tapi tingkat terpapar penyakin lain dari asap rokok semakin besar :(
DeleteMari saling mengingatkan yaah kak, biar kita (perokok pasif) dapat hidup tenang tanpa gangguan asap rokok :)
duh emang serem banget bahaya rokok. bukan yg merokok aja, yg kena asapnya juga bisa ikutan sakit. keluarga besar suami kebanyakan perokok bahkan ibu mertua dan nenek juga uwaknya. setelah sakit, beliau2 ini baru berhenti merokok. untungnya suami ga ikutan merokok jg :)
ReplyDeleteBener banget kak, rokok ini berbahaya bukan untuk yang merokok aja melainkan kesemuanya. Dan kebanyakan perokok itu akan berhenti apabila sudah terserang penyakit :(
DeleteBener juga ya karena berhubungan dengan paru-paru. Wabah ini memang bikin kita terus was-was. Tetapi, bagus juga sekalian putus hubungan dnegan rokok
ReplyDeleteIyaah mbak banyak penyakit timbul karena rokok ini, termasuk paru-paru. Semoga banyak perokok aktif yang sadar yaah untuk pelan-pelan berhenti merokok. aamiin
DeleteKeren dek ga ngerokok.seneng liatnya. Karena sekarang jarang laki-laki ga ngerokok.
ReplyDeleteCuma emang sebel banget sama perokok. Untung sekarang suami sudah tidak merokok lagi. Kebayang wfh trus di rumah aja ngerokok hiiiii
Iyaah Alhamdulillah mbak untung nggak lama nyoba dan akhirnya bisa lepas sampek sekarang.
DeleteAlhamdulillah yah mbak suami udah bisa lepas, sekarang aku lagi ngeyakinin orang tua sama kakak untuk berhenti merokok juga. Semoga bisa!
Duh, ngga usah covid19 deh a' ipul... perokok mah hampir pasti banyak disamperin penyakit. Jauh2 deh dari rokok dan asap rokok
ReplyDeleteIyaah bener banget teh, banyak banget bahayanyaa dari rokok :(
DeleteStay safe yaa tetehkuu :)
Yang suka ngerokok memeang harus hati-hati banget deh saat pandemi seperti sekarang ini. Semoga kita dijauhkan dari asap rokok ya.
ReplyDeleteAamiin teh. Stay safe yaah teh dimanapun berada :)
DeleteKlo udah bahas rokok rasanya gemesssss banget ya, apalagi liat anak2 muda jaman sekarang pada ngerokok seenaknya aja. Kemarin lagi nunggu dijemput depan minimarket, ada Mas2 ngerokok dekat saya padahal saya lagi gandeng balita. Udah jelas2 PSBB yg kudu berdiri aja dikasih jarak, ini berdiri deketan dan klepas klepus. Saya omelin dia.
ReplyDeleteBanget mbak, makin kesini makin banyak orang yang nggak bisa menempatkan dirinya untuk tidak merokok disembarang tempat. Hak kita pun sebagai perokok pasif terenggut :(
DeleteStay safe yaah mbakku :)
Ipul, saya mengapresiasi Ipul yang tidak mau melanjutkan merokok. Banyak perokok yang belum berhasil mengubah mindsetnya seperti Ipul. Semoga pilihan untuk jadi perokok pasif ini mempengaruhi seluruh keluarga Ipul untuk stop merokok aktif ya.
ReplyDeleteIyaah alhamdulillah kak, kemaren cuma coba-coa dan ternyata nggak enak makanya bisa langsung lepas. Semoga semakin banyak perokok aktif yang sadar dan berhenti merokok yaa kak :)
DeleteBang Ipul sudah baca dengan lengkap FCTC-nya? Banyak sudut pandang dan kontroversi soal IHT alias Industri Hasil Tembakau. Menurut saya lebih bijak untuk tidak mendiskriminasi para perokok dan memberi ruang hijau yang manusiawi untuk para perokok. Memberi ruang khusus akan mengendalikan perokok untuk tertib ketimbang dimusuhi ya
ReplyDeleteIyaah emang pasti akan bertentangan teh, karena Tembakau kan merupakan salah satu penyumbang bea cukai terbesar di Indonesia. Sampai saat ini pun sebenernya udah banyak tempat-tempat atau "tanda-tanda" yang ditempel untuk para perokok, tapi masih banyak juga perokok yang merokok di publik area termasuk tempat pendidikan dll. Karena imbasnya nggak cuma asapnya aja, melainkan anak-nak takutnya banyak meniru hehe.
DeleteSemoga ada jalan tengah dari semua ini yaa teh, biar sama-sama enak dan "tidak memusuhi" cuma setiap orang punya Hak Asasi Manusia hehe. Mungkin kalo ngerokok pada tempat yang suda disediakan akan lebih baik :)
Jadi ingat tetangga sebelah rumah anaknya meninggal karena masalah jantung. Saat ditanya kepada ibunya, dia bilang kemungkinan besar efek dari bapak si anak yang merokok.
ReplyDeleteInalillahi, ada banyak cerita yah kak dari efek rokok. Semoga kita selalu sehat yaah kak, apalagi di masa pandemi ini :) aamiin
DeleteAku tuh alergi debu dan punya penyakit pernapasan, jadi aku anti banget sama perokok krn bkn hidupku jd sulit bernafas lega.
ReplyDeleteWah musti hati-hati banget kak, takut makin parah kalau deket perokok aktif
Delete