Buku Bahagia Bersama: Berbagi, Memberi, Menyantuni


Dua minggu sudah saya ditinggalkan seseorang yang begitu berarti selama-lamanya. Beliau sosok sahabat sekaligus kakak yang baik walaupun tak sedarah. Rasa tak percaya hingga saat ini masih menghantui pikiran, “Mengapa bisa secepat ini Tuhan memanggilnya” protesku dalam hati.  Tapi Tuhan tidak salah, hanya saya saja rasanya yang belum ikhlas. Tertera dalam QS. Ali ‘Imran Ayat 185 yang artinya “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati ...” ini yang menjadi pengingat bahwasanya semua akan kembali kepangkuan-Nya, kelak.

Setiap orang pasti akan ada diposisi terendah dalam hidupnya, tidak melulu tentang ditinggalkan karena kematian, hal-hal lain yang membuat kita down pun silih berganti menghiasi hidup. Karena nyatanya, hidup itu tidak melulu tentang bahagia, sebagian adalah tentang ikhlas menerima kesedihan.

Perlahan saya mencoba menyibukkan diri dan mengalihkan pikiran ke hal-hal lain agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan, seperti melakukan perjalanan dan sebagian membaca buku, hobi lama yang kadang terlewatkan begitu saja. Buku yang saya baca kali ini berjudul Bahagia Bersama yang merupakan karya terbaru dari Kang Maman sebagai penulis dan Mice Cartoon sebagai ilustrator. Buku ini merupakan kolaborasi apik dengan JNE dalam rangka menyabut ulang tahun JNE yang jatuh pada 26 November 2021 dengan tema “Berbagi, Memberi, Menyantuni”.

 Larut dalam Buku

Entah karena saya perasa atau memang isi dari buku ini yang membuat saya banyak merenung, tentang sebuah perjuangan, kebahagian, keikhlasan, dan rasa syukur yang hadir disetiap cerita. Sesekali saya pun meneteskan air mata, ikut merasakan apa yang terjadi pada tokoh dalam buku ini. Sosok-sosok inspiratif dengan cerita dibelakangnya membuat saya semakin mengerti bahwa “Dunia tak selebar daun kelor”, ada banyak karakter manusia dengan segala permasalahan hidupnya dan mereka tetap berusaha memberikan versi terbaik dalam hidupnya. Tak peduli sesakit dan sepedih apa hidup mereka saat ini, yang selalu mereka ingat adalah “Akan ada pelangi setelah semua badai berlalu ...”.

Buku Bahagia Bersama ini menjadi suntikan kebahagian bagi saya yang sedang sedih karena masih mengingat sosok beliau. “Kamu hanya cukup mendoakan dan mengikhlaskan apa yang sudah seharusnya terjadi, menata kembali mimpi yang sudah tercatat dalam benak dan membuatnya bangga melihat semua pencapaianmu dari surga, kelak” -dalam benakku-. Bahasa khas Kang Maman yang teramat kental membuat saya seakan-akan sedang mendengarkan beliau sedang berbicara di acara talkshow televisi. Saya sangat teramat memahami setiap cerita yang disajikan dalam buku ini. Bahasa ringan yang mudah dipahami semua usia dengan berbagai latar belakang pendidikan. Tak hanya itu, Buku Bahagia Bersama ini pun dipermanis dengan ilustrasi kartun ala Mice Cartoon yang sarat akan makna kehidupan sehari-hari. Saya kembali mengingat banyak cerita dikehidupan sehari-hari yang dituangkan dalam buku ini, tentang bagaimana terus berbagi walau tak sedang berlebihan, tentang memberi tanpa pamrih, dan budaya menyantuni yang meruntuhkan benteng-benteng perbedaan. Cerita lengkap tentang bagaimana cara bahagia bersama yang sebenarnya ada dalam buku ini.

Berbagi

Seperti tamparan keras bagi saya ketika membaca salah satu bagian dari buku Bahagia Bersama ini. Bagaimana tidak, saya yang kadang tidak pernah merasa cukup --walaupun tidak kekurangan-- bisa tidak begitu peka terhadap lingkungan sekitar, sedangkan dua anak kecil yang mereka pun kekurangan masih sanggup untuk memberi. Seketika saya bertanya dalam diri, “Kenapa kamu tidak pernah bersyukur, padahal ada banyak orang yang lebih susah dari kamu ...”.

Cerita ini bermula ketika ada video singkat yang sempat viral di jagat maya, video ini menampilkan ketulusan hati seorang bocah yang kesehariannya berjualan gorengan disekitar Pasar Lereng, Jam Gadang, Bukittinggi. Bagaimana tidak, Fahri –nama bocah dermawan— dan adiknya rela memberikan sepuluh gorengan secara cuma-cuma kepada seorang kakek yang berada tidak jauh dari tempatnya berada saat itu. Jauh dari kesan pamrih  karena video berbaginya tersebar dan viral di media sosial, karena hal ini di luar kontrol Fahri dan adiknya, tetapi video ini bisa menjadi pengingat yang teramat baik bahwa “Berbagi itu tidak harus menunggu kaya dan tidak akan rugi ketika kita menyisihkan sebagian harta kita untuk kebaikkan”.

Memberi

Banyak kisah-kisah inspiratif disajikan di buku Bahagia Bersama ini, salah satunya kerjasama JNE dengan berbagai elemen dan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang selalu ditingkatkan setiap tahunnya. Seperti tagline yang selalu PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) gaungkan yaitu Connecting happiness. JNE ingin mengantarkan kebahagian tidak hanya untuk pelanggannya tetapi untuk semua orang. Hal ini terlihat dari cerita yang tertuang di buku Bahagia Bersama, salah satunya adalah kerjasama JNE dengan Foodbank of Indonesia (FOI) yang membagikan makanan kepada yang membutuhkan. Seperti yang kita tahu, sampah dari sisa makanan setiap tahun semakin bertambah, banyak orang yang tidak menghabiskan makananya dengan dalih tidak sesuai selera. Padahal di luar sana ada banyak orang yang kesulitan dalam mencari makan. Program ini tentunya sangat ditunggu-tunggu untuk rekan-rekan yang membutuhkan.

Tidak hanya itu, salah satu bentuk perhatian JNE kepada masyarakat sekitar adalah dengan rutin menyalurkan zakat fitrah menjelang Idul Fitri. Setiap karyawan jajaran manajerial ke atas dititipi dana zakat untuk disalurkan kepada anak yatim dan kaum duafa. Menariknya tugas tersebut bukan hanya diberlakukan kepada karyawan yang beragama Islam saja, melainkan yang berbeda agama pun diwajibkan memberikan zakat ini kepada tetangga sekitar tempat tinggalnya. Sungguh menjadi pelajaran yang baik sikap JNE dalam memberi ini.

Menyantuni

Hal baik lainnya yang tertuang dalam buku ini adalah peran dan jasa H. Soeprapto Suparno (alm) yang merupakan sosok pendiri JNE. Selain program-program brilian yang dicetuskan, beliau juga terkenal dengan kebaikkannya.  Beberapa diantaranya adalah beliau mendirikan Yayasan Taman Yatim Piatu dan Tuna Netra atau disingkat Yatuna pada 1970-an di Kampung Makassar, Jakarta Timur. Tidak jauh dari Yatuna, didirikan Mesjid Soeprapto Suparno. Di mesjid tersebut diselenggarakan pendidikan TPA (Taman Pendidikan Alquran). Murid-muridnya pun dibebaskan dari biaya pendidikan.

Yang terbilang luar biasa dan diapresiasi oleh orang banyak adalah jalur jalan yang kini dinamai Jalan Kerja Bakti, masih dibilangan Kampung Makassar, Jakarta Timur. Soeprapto Suparno membeli lahan itu dan menjadikannya jalan umum. Pemerintah tentu punya andil merapikan jalan tersebut.

Selain itu, pada tahun 1980-an beliau juga membuat tiga sumur bor dan melengkapinya dengan penyaring air, agar tidak berbau karat, sebagaimana yang dirasakan sebelumnya oleh warga. Masyarakat pun memanfaatkan sumur-sumur bor tersebut. Alhamdulillah, air dari sumur-sumur bor tersebut tidak berhenti mengalir, walau sedang musim kemarau. MasyaAllah ...

Semua cerita baik nan menginspirasi yang kalian baca di blog saya ini merupakan bagian kecil dari cerita-cerita luar biasa lainnya di Buku Bahagia Bersama. Untuk jelasnya kalian bisa membeli bukunya yaa~   

0 Comments